Handi hanyalah seorang pemuda dari desa, dia tidak terlahir dari keluarga berada. Pada masa remajanya handi membantu keuangan keluarganya dengan menjadi petani yang menjaga sawah milik keluarga kaya yang ada di desanya. Di masa senggangnya di kala tidak berkerja, Handi banyak bergaul dengan pemuda kampungnya. Dia termasuk supel dalam pergaulan sehingga temannya merasa segan kepadanya.
Walaupun miskin, Handi termasuk pemuda yang setia kawan tinggi pada temannya. Dermawan suka membantu meringankan pekerjaan tetangganya. Dalam hal kerja pun dia sangat royal kepada majikannya, dia termasuk yang rajin. Di desanya, Handi teramat dihormatin karena sifatnya yang kebanyakan positif di mata penduduk, walau pun dia miskin adanya.
Handi hanyalah tamatan SMP di desa terpencil. Walau begitu dia tetap semangat untuk meningkatkan taraf hidup keluarganya yang miskin semampu dia. Dia tidak berkecil hati, dia ingat pesan gurunya waktu di sekolah, kalau dia terlahir miskin itu bukan salah dia, tetapi kalau terlahir masih miskin baru itu kesalahan dia. Handi memegang kata-kata gurunya yang selalu ia ingat sebagai falsafah hidupnya. Walaupun ia bingung harus bagaimana membuat keluarganya keluar dari kemiskinin, tapi pesan gurunya menjadikan diri Handi untuk selalu berjiwa besar.
Pada suatu musim panen, Handi berbincang-bincang dengan supir dari kota yang akan membawa padi ke pasar di kota. Dari obrolan dengan si Supir, Hamdi jadi tahu tentang kota dan timbul keinginannya untuk mengadu nasib di kota. Dan ia pun bertekad musim panen depan ia akan pergi ke kota numpang bersama padi hasil panen yang dibawa ke kota.
Singkat cerita musim panen padi berikutnya sudah tiba, sesuai rencana Hamdi pergi ke kota setelah pamit kepada orang tua dan keluarga besarnya juga kepada teman-temannya dan warga desa tempat ia dibesarkan. Dan ia pun berjanji kepada temannya akan mengajak ke kota jika ia berhasil.
Di kota ia dikenalkan kepada pedagang beras besar oleh si Supir, maka handi mendapat pekerjaan pertamanya sebagai pemanggul beras di pasar kota. Handi bercita-cita jadi orang sukses walau dari bawah karena itu ia berusaha jujur dan bekerja keras sebagai buruh yang kerja pada majikannya.
Handi hanyalah anak lulusan SMP, tetapi Handi pintar bergaul dan banyak belajar kepada teman barunya yang sudah lama bekerja. Hal ini berbuah beberapa tahun kemudian, Handi naik jabatan dan ia bisa di percaya jadi mandor di salah satu penyimpanan beras oleh majikannya. Ia pun menepati janjinya, setelah naik jabatan ia pun mengajak teman-temannya bekerja.
Kini setelah menjadi mandor, Handi mempunyai beberapa anak buah yang menangani berbagai macam tugas. Mulai dari penjaga gudang, supir dan sebagainya. Bosnya Hamdi ini termasuk bandar beras yang besar, beliau memiliki stok beras dimana-mana, tidak hanya di kota itu tetapi juga di kota lainnya. Bos Handi itu ibarat kaisar beras, dan Handi adalah raja bawahan yang memegang satu gudang beras.
Karena sudah memasuki usia tua dan putranya banyak yang jadi pekerja di kantoran, Bosnya Handi bermaksud mencari orang kepercayaan untuk mengurus bisnis berasnya yang hampir tersebar di 5 provinsi. Maka pak Bos memutuskan memberi kepercayaan kepada Harun keponakannya, dan Handi disuruh membantu Mas Harun mengurusi semua gudang berasnya yang tersebar.
Harun adalah lulusan sarjana pertanian, sehingga dalam urusan beras ia mahir mulai dari hulu sampai hilir, dan juga ia juga lulusan S2 manajemen sekolah terkenal di kotanya. Sehingga pamannya ini mempercayakan kepada Harun, akan tetapi sang Bos masih riskan karena Harun hanyalah sarjana yang masih percaya kepada teori-teori yang ia dapatkan. Karena itu sang Bos juga memilikirkan akan lebih baik didampingi oleh orang lapangan yang tahu betul masalah distribusi beras dari a sampai z maka pilihannya sama Handi.
Akhirnya Harun dan Handi berduet mengurusi bisnis beras milik paman Harun ini. Dalam berbisnis keduanya saling membantu saling mengisi kekosongan, dimana Harun penuh konsep dan Handi penuh dengan pengalaman. Tapi dalam perjalanan Harun lebih mendominasi keputusan karena merasa ia adalah sarjana dan kerabat pamannya.
Dalam menjalankan kepemimpinannya sebagai wakil, Handi pun mempunyai banyak anak buah yang terdiri dari mandor-mandor gudang yang ada di mana-mana. Dalam bisnis beras yang lagi dijalankan Harun duet Handi para mandor bertanggungjawab betul atas kelangsungan hidup gudang yang dipegangnya. Setiap mandor mengurusi semuanya mulai dari mencari stok pangan, ngambil hasil panen, menyimpan di keutuhan beras di gudang sampai distribusi ke pasar.
Karena Handi lebih banyak keliling memonitor gudang maka ia makin matang bisnisnya dalam distribusi beras. Sementara Harun lebih mengurusi diplomasi ngurusin beras untuk export import atau menikmatin duitnya hasil usaha beras. Sehingga urusan gudang banyak diserahkan ke Handi.
Duet antara Harun dan Hamdi membuat bisnis beras paman Harun semakin maju. Keduanya mempunyai pandangan yang berbeda, kalau Handi dalam hal ini memandang akibat sistem jaringan distribusinya yang stabil, sedang Harun lebih percaya karena dekatnya dengan pejabat setempat.
Puncak cerita, Handi bersiteru dengan Harun dan mereka mengusulkan bisnis berasnya di bagi 2 wilayah kepada ahli warisnya karena sang paman sudah meninggal. Untuk Harun bagian barat yang lebih dekat ke kota dan pelabuhan, dan untuk Handi yang lebih dekat ke pusat pertanian. Lama kelamaan Harun dan Handi memimpin bisnisnya secara terpisah, Handi masih melibatkan keluarga ahli waris, dan Harun sudah merasa itu menjadi usahanya yang diurus selama ini.
Jaringan beras milik Handi dan Harun akhirnya menjadi pemain besar yang memonopoli di negeri ini. Akhirnya yang namanya bisnis kalau sudah merasa besar tentu ingin lebih besar dan tujuan akhirnya aadalah monopoli dan kekuasaan. Sekarang perusahaan yang dipegang Harun sudah begitu bonafid, sampai-sampai kekayaan mandornya melebihi kekayaan bupati di kotanya. Di perusahaan yang di pegang Handi, Handi banyak merekrut mandor baru untuk memajukan bisnisnya, juga menerima dari pihak keluarga pemilik lama. Handi orangnya lebih terbuka, demi kemajuan bisnisnya ia tidak pandang bulu. Buahnya ia memiliki mandor berkualitas walaupun tidak seluruhnya. Dan ia juga menerima bekas mandor yang pernah kerja pada Harun untuk berkarya di tempatnya.
Pada akhirnya, bisnis beras yang Harun pimpin bangkrut. Karena di balik layar jaringan beras yang ada di seluruh negeri sudah di kuasai Handi. Dalam berbisnis Handi memelihara hubungan dengan kerabat bekas pemilik dan memanfaatkan bekas mandor Harun untuk menyedot pembeli dan petani, serta mendekati penjabat.
Hingga pada akhirnya di seluruh negeri jaringan beras dapat dipegang Handi. Dari pengalamannya Handi tahu betul, bisnis adalah bisnis maka Handi mengganti mandor-mandornya dengan yang baru. Menurunkan jabatan mandor bekas anak buah Harun untuk menjauhkan bisnis dari turut campur pejabat. Hingga akhirnya bisnis beras yang dijalankan Handi adalah bisnis yang stabil sistemnya tanpa adanya pemicu dan lain-lain.
Akhir cerita, Handi menjadi juragan beras paling besar di pelosok negeri, sampai akhir hidupnya hasil dari usaha berasnya bisa mencukupi anak cucunya tujuh turunan.
Harun dan mandor-mandornya adalah para manajer ibarat jenderal perang kaya dengan keahlian. Handi cuman lulusan SMP, ia tidak begitu ahli tetapi berstrategi bagaimana untuk menang dan banyak belajar pengalaman dari lapangan dan selama memimpin bawahannya. Itulah kisah Handi ahli strategi dari desa sunyi penuh bintang,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar